Gesanews, Batang – Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kabupaten Batang berhasil akhirnya mencapai kesepakatan damai atau islah. Ancaman mundur dari pelatih, atlet, hingga orangtua pun berhasil dihindari dengan pertemuan damai yang digelar di mess Atlet FPTI, Hutan Kota Rajawali (HKR), Selasa (23/1/2024).
“Hari ini kegiatan islah, itu pertemuan bersama, seperti kita ketahui bersama beberapa waktu lalu itu ada permasalahan sedikit di FPTI. Permasalahan FPTI setelah ini sudah selesai,” ujar Kepala Disparpora Batang, Yarsono.
Menjelang pertemuan damai ini, para atlet panjat tebing di Kabupaten Batang menanti-nanti kepastian akan nasib mereka. Yarsono, Kepala Disparpora Batang, menyampaikan bahwa islah atau damai ini sangat dinantikan oleh para atlet, mengingat kepastian akan memberikan arah yang jelas untuk melanjutkan latihan dan aktivitas yang mendukung cabang olahraga panjat tebing.
Ketua FPTI Batang, Bekti Mastiadji, menegaskan bahwa untuk kemajuan panjat tebing diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, seperti KONI, FPTI, atlet, orangtua, dan masyarakat. Saat ini, panjat tebing Batang memiliki atlet nominasi Olimpiade di Paris, yaitu Kiromal Katibin, dan fokus untuk Olimpiade berikutnya adalah Reyrinta.
“Kami mempunyai atlet yang akan difokuskan untuk PON di Aceh, lalu ada sembilan atlet binaan FPTI, kemudian ada 42 atlet kecil kecil,” tambah Mastiadji.
Dengan kerjasama yang solid, diharapkan panjat tebing Batang dapat terus berkembang dan mencetak atlet-atlet berkualitas. Masalah yang terjadi di FPTI Batang, menurut Ketua KONI Batang, Soetadi, disebabkan oleh miskomunikasi internal.
Ia menegaskan bahwa pemotongan bonus atlet FPTI tidak benar adanya. Soetadi juga mengakui bahwa pengurus KONI turut menjadi pengurus cabang olahraga (cabor) di hampir semua kabupaten/kota.
“Kami sebagai KONI mengacu pada anggaran dasar, tidak boleh melibatkan diri di cabor. Namun, kami tetap intens untuk mendukung olahraga. Dengan begitu, diharapkan miskomunikasi internal yang sempat meruncing dapat diminimalisir, ” ujar Soetadi.
Acara islah ini juga menjadi panggung bagi seorang atlet untuk menyampaikan permintaan maaf. Dalam pernyataannya, atlet tersebut menegaskan bahwa berita tentang pemotongan tali asih dan bonus Porprov tidak benar adanya, dan bahwa mereka telah menerima 100 persen dari yang seharusnya.
“Semua pernyataan yang kami lontarkan hanyalah kesalahpahaman dan miskomunikasi baik ke pengurus, pelatih, serta official FPTI Kabupaten Batang. Kami semua, FPTI bersama pengurus, tetap menjunjung tinggi sportivitas,” tegasnya.
Dengan terciptanya islah atau kesepakatan damai, dunia panjat tebing di Kabupaten Batang kembali dapat melangkah maju dengan penuh harapan. Semua pihak, mulai dari atlet, pelatih, hingga pengurus, sepakat untuk bersama-sama membangun kemajuan cabang olahraga panjat tebing. Kepastian nasib atlet dan komitmen untuk terus mendukung olahraga menjadi modal utama menuju masa depan yang lebih cemerlang.
Damai di FPTI Batang bukan hanya penutup isu, tapi awal dari babak baru kejayaan panjat tebing Kabupaten Batang.