Pasar Ular: Tetap Eksis di Tengah Arus Modernisasi Jakarta

oleh
oleh

Gesanews, Jakarta – Pasar Ular, sebuah nama yang mencuat dalam kisah masa lalu Jakarta yang masih bernama Batavia. Dikisahkan bahwa ketika itu, Batavia dipenuhi oleh binatang-binatang buas yang mendiami rawa-rawa, seperti buaya dan ular. Cerita masa lalu ini membawa nama-nama tempat yang mengingatkan pada binatang, seperti Rawa Buaya, Rawa Badak, dan Pasar Ular.

Terdapat beberapa teori tentang asal-usul nama Pasar Ular. Salah satunya adalah karena adanya barang-barang selundupan yang diperdagangkan di tempat ini. Pedagang dan pembeli di Pasar Ular dikenal licin dalam transaksi mereka, mirip dengan gerakan ular yang halus dan gesit.

Menurut sejarah lisan, awalnya Pasar Ular disebut sebagai Pasar Permai. Terletak dekat dengan Pelabuhan Tanjung Priok, tepatnya di Jalan Jampea.

Namun, seiring berjalannya waktu, pasar ini mulai dikenal dengan nama Pasar Ular karena dijualnya daging-daging ular yang diyakini memiliki manfaat untuk kebugaran pria dan wanita.

Pada tahun 1973, sekitar 85 kios di Pasar Ular dan Pasar Buaya digusur oleh camat setempat yang kemudian menjadi staf walikota.

Hal ini menyebabkan Pasar Buaya lenyap, sementara Pasar Ular bertahan dan terbagi menjadi dua lokasi, yaitu Pasar Ular di Kebon Bawang dan Pasar Ular di Plumpang. Kedua pasar ini memiliki ciri khas dan sejarahnya sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *